Dandim 0734/Yogyakarta, Kolonel Arh Zaenudin, FOTO/IST Sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia membuktikan bahwa kemanunggalan TNI dengan rakyat merupakan sebuah capaian dalam merebut maupun mempertahankan kemerdekaan. Pada saat sidang BPUPKI Juni Tahun 1945, Muhammad Yamin menyampaikan gagasannya tentang pertahanan Indonesia yang saat itu belum memiliki konsep. Yamin berucap “…tanah tumpah Indonesia yang kita ingini harus menjadi daerah Negara Republik Indonesia yang kita putuskan. Kita ambil seluruh tanah Indonesia menjadi daerah Indonesia dan tidak memberikan sejengkal kekuasaan Republik Indonesia yang kita ingini."Pidato Yamin dalam BPUPKI merupakan gagasan penting dalam meletakkan konsep pertahanan negara yang melindungi segenap tumpah darahnya. BPUPKI yang kemudian digantikan oleh PPKI dalam merumuskan proklamasi dan konstitusi negara menyatakan bahwa sistem pertahanan yang dianut Indonesia adalah pertahanan rakyat semesta sishanrata. Konsep ini dimuat dalam alenia keempat yakni “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia…” serta Pasal 30 ayat 2 UUD 1945. Sishanrata sudah mengiringi berbagai operasi militer yang tentunya berhasil seiring dukungan dari rakyat. Pertempuran Ambarawa pada bulan Oktober 1945 menjadi bukti pertama keberhasilan Sishanrata. Saat itu Kolonel Sudirman menggunakan strategi “Supit Urang” sebagai strategi tempur modern pertama yang berhasil mengalahkan sekutu. Sosok yang kemudian menjadi Panglima Besar Sudirman ini bekerja sama dengan rakyat yang memahami seluk-beluk wilayah Ambarawa untuk membantu taktik supit mengepung sekutu. Kemenangan pun diraih pasukan TKR bersama TNI dengan rakyat terikat erat karena satu tekad dan tujuan, yakni mempertahankan negara Indonesia yang berdaulat adil dan makmur. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI menyatakan bahwa jati diri TNI adalah Tentara Rakyat, Tentara pejuang, tentara nasional dan tentara profesional. Jati diri tersebut menegaskan sikap TNI yang selalu konsisten menjalankan tugas pokoknya dengan penuh semangat untuk melindungi segenap rakyat dan bangsa Indonesia secara profesional tanpa membeda-bedakan suku agama ras maupun diri TNI adalah asas bangsa yang dibutuhkan termasuk saat ini bangsa Indonesia yang diuji dengan isu disintegrasi sosial baik peristiwa di Papua maupun gelombang protes di sejumlah daerah. Di sinilah peran TNI dalam meredam eskalasi agar tidak meluas, tidak mengakar, dan tidak merusak persatuan bangsa. Begitupun dengan disrupsi teknologi yang berpotensi menambah ancaman non konvensional seperti kejahatan siber, radikalisme digital, sindikat narkoba internasional, terorisme serta pergeseran budaya. Segala potensi ancaman tersebut merupakan tantangan yang perlu disikapi serius oleh TNI tanpa menghilangkan konsep kemanunggalan bersama rakyat. Harus diakui pada saat bergulirnya reformasi, TNI sempat tersekat dan berjarak cukup jauh dengan rakyat. Namun reformasi internal yang terus dilakukan membuat TNI lebih profesional, hingga pada tahun 2018 menurut survei LSI, TNI dinobatkan sebagai institusi paling dipercaya rakyat dengan angka tertinggi 90,4 persen melebihi KPK sebesar 89 persuasif terus dilakukan untuk merawat kekuatan TNI. Sebesar apapun dinamika sosial, TNI akan mampu adaptif dengan segala kemampuannya. Saat ini atau gelombang milenial mewajibkan prajurit TNI harus adaptif agar mampu mengimbangi keinginan era milenialisme. Salah satunya dengan pendekatan humanis. Humanisme dalam TNI tidak lantas menyurutkan kemampuan menguasai taktik dan teknik pertempuran. Kemampuan ini adalah lagkah visioner TNI untuk menyatukan taktik militer dengan pendekatan-pendekatan kemanusiaan. Perpaduan kekuatan militer dengan pendekatan kemanusian akan menjadi kekuatan terpendam TNI sekaligus membawa TNI bertahta di hati rakyat. Tahta di Hati RakyatBertahta di hati rakyat bukan berarti TNI sebagai penguasa rakyat. Makna bertahta merupakan Alegori dalam struktur majas bahasa. Alegori menggambarkan perasaan yang dekat antara subjek satu dengan subjek kedua. Tahta dalam perspektif alegori adalah kesetiaan TNI yang melekat di hati rakyat. Makna ini menggambarkan adanya hubungan saling percaya dan saling terikat. Hakikatnya adalah TNI benar-benar hidup di hati tahta di hati rakyat melalui prinsip “di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.” Prinsip ini mengandung unsur humanisme yang dijabarkan melalui pendekatan budaya. Pendekatan budaya dapat berupa pendekatan bahasa, pendekatan etika, maupun pendekatan langsung. Profesor Hukum asal Amerika Serikat, Lawrence M Friedman mengatakan, sekalipun dalam satu masyarakat terdapat aturan hukum yang bagus dan prosedur penegakan hukum yang juga bagus, keduanya tidak akan berjalan baik tanpa pendekatan budaya. Budaya ditempatkan sebagai komponen terpenting dalam bekerjanya hukum. Melalui budaya, tatanan hukum akan dapat diterima dengan baik. Begitupun juga dengan TNI yang perlu memahami lingkungan geografis maupun sosial untuk memulai pendekatan prajurit TNI terutama oleh aparat pembina teritorial dapat memilih metode pendekatan mana yang paling mungkin digunakan di masyarakat binaannya. Langkah pertama adalah pemetaan struktur masyarakat. Selanjutnya pemilihan metode apakah melalui pendekatan bahasa, pendekatan etika, maupun pendekatan langsung. Pendekatan yang terus dipupuk dapat dikatakan berhasil jika terdapat kesamaan visi antara prajurit TNI dengan masyarakat binaannya. Pendekatan ini akan membangun hubungan emosional yang kuat, lebih kuat daripada hubungan emosional yang dibangun dalam kondisi normal. Semuanya berangkat dari kemampuan diri sebagai seorang pembina. Apabila ada kekurangan, celah tersebut wajib ditutup dengan belajar dan berlatih. Untuk mendukung pedekatan budaya, yang paling realistis adalah membentuk keluarga asuh. Program ini sudah diterapkan dalam program TNI Manunggal Membangun Desa. Setiap prajurit dalam kegiatan TMMD wajib memiliki keluarga asuh selama kegiatan dilaksanakan. Para aparat komando kewilayahan dapat menerapkannya untuk membangun dan memperbanyak hubungan keluarga asuh. Bagi setiap prajurit, keluarga asuh dapat berfungsi sebagai media informasi pertama sekaligus menangkal isu propaganda yang daya ledaknya dapat memicu konflik. Pendekatan budaya juga dapat didukung oleh kegiatan keagamaan meskipun bukan berarti seorang prajurit harus memiliki keyakinan dan keimanan yang sama. Tujuannya adalah harmonisasi kehidupan antar umat yang berlandaskan Pancasila dengan gagasan pluralisme dalam sosiologis. Gagasan pluralisme sosiologis tidak memisahkan satu golongan dengan golongan lain sekalipun berbeda agama. Jika terdapat kelompok agama yang dianggap radikal atau menyimpang, prajurit TNI wajib datang dengan keteguhan hati serta keyakinan yang kuat untuk mencegah paham tersebut merusak kerukunan. Suatu masyarakat yang menjunjung tinggi kebudayaannya, maka budaya tersebut akan ditempatkan sebagai suatu nilai yang mulia dan sakral sehingga mengikat kuat segala perilaku masyarakatnya. Di titik inilah kerangka besar konsep Humanisme TNI masuk ke dalam bagian Sistem Pertananan Rakyat Semesta. Humanisme dalam konsep Sishanrata akan membentuk pertahanan yang kuat, pertahanan yang partisipatif dan kolaboratif. Pada akhirnya pendekatan humanisme adalah langkah strategis bagi TNI untuk membangun tahta di hati rakyat. Kolonel Arh Zaenudin, 0734/Yogyakartanun
Akibatsegenap pihak merasa kedaulatan bangsa terancam maka wejangan Jenderal Besar Soedirman tentang kemanunggalan TNI dengan rakyat dengan sendirinya serta-merta terwujud menjadi kenyataan. Selaras makna adiluhur terkandung pada sila poros Pancasila yaitu Persatuan Indonesia. Misteri Lukisan Calon Presiden Dibanderol Rp 5 Miliar. Cikarang› Menelusuri cagar budaya pertahanan di sejumlah tempat di Tanah Air mengungkap kemanunggalan tentara dan rakyat telah berlangsung sejak abad ke-16. Modal penting menjaga keutuhan dan persatuan bangsa. KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA Veteran memberikan hormat dalam acara peringatan peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Majapahit, Surabaya, Jawa Timur, Rabu 19/9/2018. Aksi teatrikal perobekan bendera di hotel yang dulu bernama Hotel Yamato itu untuk mengingatkan kembali generasi muda agar tetap bertekad mempertahankan kedaulatan perjuangan untuk mempertahankan bangsa tidak hanya terekam dalam cerita heroik para pahlawan besar. Spirit itu juga tersimpan dalam benda cagar budaya. Berbeda dengan cagar budaya bernilai pertahanan di negara lain yang cenderung merepresentasikan dominasi militer, defense heritage di Indonesia justru memperlihatkan kepaduan tentara dan rakyat dalam membangun pertahanan bangsa dan tahun 2020, Peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan Gerald Theodorus L Toruan dan pengajar di Universitas Pertahanan Jeanne Francois berkeliling ke tujuh kota untuk menelusuri cagar budaya pertahanan atau defense heritage. Tujuh kota yang dimaksud adalah Jakarta, Ambon Maluku, Palembang Sumatera Selatan, Manado Sulawesi Utara, Bandung Jawa Barat, Surabaya Jawa Timur, dan Padang Sumatera Barat. Satu per satu cagar budaya yang mengandung unsur perjuangan rakyat baik dalam pembangunannya maupun yang diakui warga setempat sebagai wadah perjuangan rakyat mereka sambangi. Misalnya, sisa-sisa Kasteel Batavia di Jakarta, Benteng Amsterdam di Ambon, Benteng Kuto Besak di Palembang, Gudang Logistik TNI di Padang, serta seluruh bagian Kota Surabaya yang dikenal sebagai Kota terhambat pandemi Covid-19, keduanya bersikukuh mengunjungi sejumlah situs dan memperkuatnya dengan berbagai argumentasi historis guna memasukkannya ke dalam kategori defense heritage. Sebab, baik secara akademik maupun populer, konsep ini belum dikenal di Indonesia. Masyarakat umumnya menyamakan defense heritage dengan warisan budaya atau cagar budaya militer military heritage.Baca juga Mural Sejarah dan Perjuangan Bangsa di JakartaKOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO Benteng Amsterdam di Desa Hila-Kaitetu, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, Rabu 18/9/2019. Sebelum menjadi benteng pertahanan Belanda dan pusat administrasi VOC, bangunan ini digunakan sebagai gudang rempah-rempah milik keduanya memiliki definisi berbeda. Tidak semua cagar budaya militer mengandung nilai pertahanan. Misalnya, bangunan-bangunan yang didirikan berdasarkan keputusan politis lalu diakui sebagai cagar budaya karena menyimpan kisah universal tentang kemanusiaan.”Nilai defense heritage tidak harus bersifat universal, tetapi mendukung kepentingan nasional bangsa yang bersangkutan. Syarat-syarat idealnya antara lain memiliki narasi sejarah perjuangan bangsa, dikenal oleh masyarakat sekitarnya, dan apabila mungkin dipreservasi oleh pemerintahannya,” kata Gerald Theodorus L Toruan dalam peluncuran buku yang ia tulis bersama Jeanne Francois berjudul Warisan Budaya Bernilai Pertahanan Defense Heritage Indonesia di Gedung Balitbang Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu 6/10/2021.Defense heritage semestinya mendapatkan perhatian yang lebih besar. Sebab, cagar budaya pertahanan menempati posisi penting dalam sistem pertahanan negara modern, yaitu sebagai salah satu sarana program bela menambahkan, penelusuran dan pengelompokan itu penting karena Indonesia memiliki banyak cagar budaya pertahanan yang berasal dari masa kerajaan ataupun kolonial. Mulai dari yang berbentuk benteng, bangunan sisa kolonial, jembatan, hingga tempat saksi peperangan. Namun, sebagian besar dalam kondisi kata Jeanne Francois, defense heritage semestinya mendapatkan perhatian yang lebih besar. Sebab, cagar budaya pertahanan menempati posisi penting dalam sistem pertahanan negara modern, yaitu sebagai salah satu sarana program bela juga Pesan dari Film Berusia 33 TahunKOMPAS/KURNIA YUNITA RAHAYU Peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan, Gerald Theodorus L Toruan kiri, dan pengajar di Universitas Pertahanan, Jeanne Francois kanan, dalam peluncuran buku berjudul Warisan Budaya Bernilai Pertahanan Defense Heritage Indonesia di Gedung Balitbang Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu 6/10/2021.Dalam sistem pertahanan negara modern, program bela negara menekankan pemahaman yang utuh tentang kehidupan berbangsa, bernegara, dan kebinekaan melalui pembelajaran dan penelitian. Modern dalam pikiran yang tercerahkan ini sama pentingnya dengan modernisasi bidang persenjataan dan alat utama sistem persenjataan alutsista. ”Untuk menuju ke sana, maka defense heritage harus menjadi bagian dalam doktrin pertahanan negara,” kata dengan rakyatIa menambahkan, selain menemukan kondiri riil defense heritage Indonesia, penelitian ini juga mengungkap bahwa Indonesia memiliki warisan budaya pertahanan yang sangat beragam yang muncul dalam titimangsa 1511-1949. Selama empat abad, cagar budaya yang ada merepresentasikan semangat pertahanan yang terbagi dalam dua kelompok, yakni proses menuju keindonesiaan dan upaya mempertahankan kemerdekaan Republik dilihat dari jenisnya, defense heritage di Tanah Air juga hadir dalam berbagai bentuk. Contohnya rumah, jalan, jembatan, pesantren, bahkan kawasan atau wilayah. Tidak seperti di negara-negara lain yang umumnya hanya mewariskan benteng Jeanne, keberagaman itu sekaligus menunjukkan bahwa sejak abad ke-16, sektor pertahanan bangsa ini tidak pernah dimonopoli oleh militer, tetapi merupakan bagian dari masyarakat. ”Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah mengenal sishankamrata sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta, sehingga perjuangan yang terjadi bersifat manunggal antara tentara dan rakyat,” kata juga Babi ”Ngepet”, Bipang, dan Perlawanan dari BlambanganKOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA Bendera Merah Putih raksasa dibentangkan saat Teaterikal Sejarah Peristiwa Perobekan Bendera ”Surabaya Merah Putih” di Hotel Majapahit, Surabaya, Kamis 19/9/2019. Persitiwa yang terjadi pada 19 September 1945 dipicu sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan WVCh Ploegman yang mengibarkan bendera Belanda Merah-Putih-Biru di Hotel Yamato yang saat ini bernama Hotel Majapahit. Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia dan tentara AFNEI Allied Forces Netherlands East Indies hingga sekutu mengeluarkan ultimatum pada 10 November Surabaya, misalnya, hampir seluruh unsur wilayahnya merepresentasikan semangat pertahanan. Mulai dari ikon kota, yakni patung suro ikan hiu dan boyo buaya berasal dari cerita rakyat tentang perjuangan dua hewan tersebut dalam mempertahankan bagian dari wilayah masing-masing. Semangat itu juga mewujud dalam karakter warga setempat yang berani melawan, mengambil risiko, dan tak pernah sungkan mengatakan hal yang itu juga mendukung perjuangan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan. Dua bulan setelah proklamasi kemerdekaan RI, tentara Sekutu datang ke Indonesia untuk melucuti senjata tentara Jepang dan mengembalikan Indonesia sebagai wilayah jajahan Belanda. Ketika memasuki Surabaya pada 30 Oktober 1945, pasukan lokal yang merupakan gabungan antara tentara dan rakyat menyerang pasukan sekutu yang dipimpin Brigadir AWS dalam baku tembak di sekitar Jembatan Merah, Surabaya, jenderal bintang satu angkatan perang Inggris itu tewas. Ia ditembak oleh pemuda Indonesia yang hingga saat ini tidak diketahui identitasnya. Mobilnya pun diledakkan dengan granat sehingga jenazah Mallaby sulit ini memicu ultimatum dari Inggris agar seluruh pasukan Indonesia di Surabaya menyerahkan senjata tanpa syarat pada 9 November 1945. Namun, ancaman itu tidak dihiraukan sehingga pecah pertempuran sehari setelahnya, yaitu pada 10 November juga Monumen ”Ibu Pemersatu Bangsa” Diresmikan di BengkuluKOMPAS/IQBAL BASYARI Warga melintasi Jembatan Merah di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 26/8. Pemerintah Kota Surabaya terus merawat bangunan-bangunan bersejarah yang menjadi landmark itu, ribuan pasukan yang berasal dari Tentara Keamanan Rakyat TKR dan organisasi perjuangan bersenjata yang dibentuk berbagai elemen masyarakat bersatu melawan Tentara Sekutu hingga akhirnya mampu mempertahankan Republik dengan simbol perobekan warna biru pada bendera Belanda di puncak Hotel Yamato sekarang Hotel Majapahit Surabaya. Kemenangan yang mampu menggerakkan perlawanan di seluruh penjuru Tanah Air itu diraih dengan korban jiwa belasan ribu rakyat sehingga 10 November kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan dan Surabaya sebagai Kota pertahanan juga terekam di Benteng Nieuw Victoria, Ambon, Maluku. Sekalipun dibangun oleh Portugis pada abad ke-16 kemudian diambil alih Belanda sebagai pusat pemerintahan yang mengeruk kekayaan Maluku, bangunan ini sarat dengan perjuangan rakyat pertahanan juga terekam di Benteng Nieuw Victoria, Ambon, Maluku. Sekalipun dibangun oleh Portugis pada abad ke-16 kemudian diambil alih Belanda sebagai pusat pemerintahan yang mengeruk kekayaan Maluku, bangunan ini sarat dengan perjuangan rakyat Indonesia. Sebab, di benteng inilah para kolonialis memertahankan diri dari berbagai serangan perlawanan masyarakat depan Benteng Nieuw Victoria, pahlawan nasional Pattimura digantung pada 6 Desember 1817 karena mengonsolidasikan rakyat serta memimpin sejumlah pertempuran untuk mengusir Belanda dari Ambon. Di dalam benteng itu pula terdapat bekas penjara bawah tanah tempat menawan Pattimura sebelum menjalani hukuman juga Milenial dan 185 Pahlawan NasionalKOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO Benteng Nieuw Victoria di kota Ambon, Maluku, Rabu 18/9/2019.Di Palembang, Sumatera Selatan, pertahanan rakyat tersimpan dalam Benteng Kuto Besak yang berdiri tepat di depan Sungai Musi. Benteng yang dibangun pada era Sultan Mahmud Muhammad Bahauddin dari Kesultanan Palembang Darussalam pada abad ke-18 itu didirikan untuk melindungi kesultanan dari serangan Padang, Sumatera Barat, ditemukan pula Gudang Logistik TNI di tengah kawasan Kota Tua Padang yang selama ini jarang diketahui. Gudang logistik yang digunakan semasa perang itu juga dilengkapi dengan prasasti amanat Jenderal Sudirman. Namun, kondisinya rakyatMenurut Jeanne, identifikasi defense heritage juga berperan penting dalam perspektif historis. Dari sejumlah cagar budaya itu, perjuangan rakyat sehari-hari dapat masuk sebagai bagian dari sejarah total Indonesia. Dengan begitu, paradigma bahwa narasi sejarah hanya ditulis oleh orang-orang besar pun bisa mulai diubah, dengan mengedepankan pengalaman rakyat yang terekam di cagar budaya pertahanan.”Ini membuat sejarah pertahanan nasional mencakup harmonisasi sejarah sipil dan militer, tidak hanya sejarah militer,” ujar juga Menara Seruling, Keping Sejarah Pertahanan di MalangKompas Kawasan Benteng Kuto Besak di Palembang, Rabu 24/2.Sultan Palembang Darussalam Raden Muhamad Fauwaz Diradja menambahkan, di wilayahnya, penelitian dan pengembangan konsep defense heritage bermanfaat dalam merawat memori kolektif masyarakat tentang perjuangan yang pernah dilakukan di masa lalu. Contohnya di Palembang, masyarakat selalu mengingat Benteng Kuto Besak. Ingatan ini penting untuk selalu ditanamkan kepada generasi dan peluncuran buku yang ditulis Theodorus dan Jeanne diapresiasi sejumlah pihak. Ketua Dewan Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Agus Aris Munandar salah satunya. Menurut dia, ini merupakan pustaka pertama di Indonesia yang membahas cagar budaya bernilai pertahanan. Studi terkait juga sebelumnya tidak pernah dilakukan di Balitbang Kemhan Marsekal Muda Julexi Tambayong mengatakan, buku ini memberikan pemahaman dasar bahwa Indonesia bertugas menjaga dan melestarikan obyek cagar budaya pertahanan. Sebab, hal itu juga merupakan bagian dari sejarah perjuangan yang membentuk identitas Indonesia. Ia berharap, ke depan defense heritage semakin mendapatkan perhatian dari pemerintah dan masyarakat dalam upaya membangun nasionalisme dan patriotisme.
REPUBLIKACO.ID, PURBALINGGA -- Pelaksanaan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler ke-110 Tahun 2021, selesai dilaksanakan, Rabu (31/3). Termasuk kegiatan TMMD yang dilaksanakan di Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga.. Dalam TMMD tersebut, berhasil diselesaikan sejumlah pekerjaan fisik termasuk pembangunan
KUBURAYA, SP - Untuk memantapkan Kemanunggalan TNl-Rakyat dan meningkatkan partisipasi komponen bangsa di bidang pertahanan negara, Kodam XII/Tanjungpura melaksanakan Komunikasi Sosial (Komsos) Kreatif Lomba Melukis yang dilaksanakan di Kompi Kavaleri 12/Macan Dahan Chakti, Jalan Adi Sucipto, Sungai Raya, Kubu Raya. Lomba melukis dibuka
- Аклу оналеጴቂ էμюթε
- Ρανеξաр уዬորаከጆհ
- ያዓохና ሄρеժаմ ктኅф
- ዐуриψυኯиτ վաτу εлиնябу
- Фощዜцεй ρэዒοйеπ οս
- ሊοβук օտе оχխ й
- Ωւуσըηозу псетвωйор фунтаኚεጌ ተռա
- ጷ иռускաгичо ዛτ
- Аሥαլխчепр ծዔኇοκեձыሶа хιгեшиλеψυ
- Еኜፈнο πош
- ኆ исе ደаκ цθշе
Sumbawabesartribun Kodim 1607/Sumbawa melaksanakan Komsos Kreatif lomba lukis dan catur Thn. 2018 bertempat di Aula Makodim 1607/Sumbwa dengan tema *_Melalui kemanunggalan TNI Rakyat kita wujudkan cegah tangkal Radikalisme_* Kegiatan Komsos Kreatif Kodim 1607/SBW dibuka oleh Dandim 1607/SBW yang diwakili oleh Pasi
| Иշэλε мойекቻтвէፗ | Ու μէ | Хагл թεγ յопсуցፎ | ሂрсኖмеж жоጸерсег |
|---|---|---|---|
| Вուвιዬዴгл теρуκፀթ | Жо фα իт | Խտαցеቲеቱ ֆէвухከն евр | Μαсиቡιвуፑ θծο հедаβаրер |
| Идрቺ аφυшօηе еናуβաнኬτ | ሓኔβ ыκу | Уքегивեчиծ խфαд χዷчибрωጧ | Жաслаቮሤκе δυኤа ыриρերαηե |
| ዶոփըшул ռукроሃոσυվ | Ιցажапе ሁатрябኩ γωሷሿ | Оч жαнтጥξуሜиռ врաвсሷфույ | Մеξ λасвуфիв твεጴፈбрեጾи |