Lombafoto Kemanunggalan TNI dengan Rakyat diikuti oleh 89 peserta terdiri dari para wartawan dan masyarakat umum. Sebagai pemenang juara satu Sodik dari wartawan Sindo, juara dua Saiful Nur Ichwan dari SKHD Kedaulatan Rakyat, juara tiga Mikael Mitangkasi dari Mayarakat umum. Masing-masing juara mendapat sertifikat dan uang pembinaan, Juara 1
Sebagai bentuk rasa solidaritas dan kepedulian sesama manusia serta meningkatkan kemanunggalan TNI dengan rakyat, Korem 152/Babullah bekerja sama dengan unsur terkait membantu masyarakat tidak mampu dalam mendirikan/renovasi rumah sebagai tempat tinggal. Salah satunya adalah renovasi rumah Sdri. Marliah yang berada di Maliaro Kelurahan Marikrubu Ternate Tengah, gagasan renovasi rumah tersebut berawal dari Dankipan A Yonif 732/Banau Lettu Inf Ruslan Buton yang melihat kondisi Sdri. Marliah yang memprihatinkan harus memikul beban seorang diri menghidupi anak-anaknya, keadaan tersebut diperparah kondisi tempat tinggal yang termasuk kategori Rumah Tidak Layak Huni RTLH sehingga menggugah Dankipan A untuk turut membantu merenovasi rumah Sdri. Marliah, usai mendapatkan restu serta dukungan dari Danyonif 732/B serta Danrem 152/Babullah, Dankipan A kemudian menggandeng beberapa pihak baik dari Unsur Pemerintah Daerah maupun unsur Swasta salah satunya H. Abdul salam Tamaela dalam mensukseskan kegiatan kemanusiaan ini, pengerjaan renovasi rumah yang dikerjakan langsung oleh anggota Kipan A Yonif 732/Banau tersebut memakan waktu 1,5 bulan hingga proses finishing serta dapat kembali dihuni. Peresmian penggunaan rumah tersebut dilaksanakan secara simbolis yang dihadiri oleh Kapolda Malut Brigjen Pol Zulkarnaen, Danrem 152/Babullah Kolonel Inf Syafrial, psc, Pj. Walikota Ternate Idrus Assagaf, Dandim 1501/Ternate Letkol Inf Sigit Purwanto, Kabalak, Kasi/Pasi serta Perwira Staf Jajaran Korem 152/Babullah, Pengurus Persit KCK Koorcab Rem, lurah Marikrubu dan H. Abdul Salam Tamaela sebagai donatur. Dalam sambutannya Danrem 152/Babullah menyampaikan bahwa rasa bangga serta apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan program kemanusiaan ini, khususnya kepada Prajurit Kipan A Yonif 732/Banau yang telah bekerja ekstra menyelesaikan renovasi rumah Sdri. Marliah ini, sebagai bentuk rasa syukur serta harapan agar senantiasa kita semua selalu dalam lindungan Tuhan YME kita berikan program ini sebagai Rumah Bahagia, kamipun berharap kepada Sdri. Marliah beserta keluarga agar kiranya dapat memanfaatkan rumah tinggal ini dengan sebaik-baiknya agar lebih bermanfaat dan dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik. semoga dengan program ini dapat meningkatkan Kemanunggalan TNI dan Rakyat serta diharapkan dapat dilanjutkan dalam upaya mengatasi kesulitan rakyat. Penrem 152/Bbl Terkait
KOMSOSMAR: KEMANUNGGALAN TNI DAN RAKYAT LEBIH KUAT Indonesia Media Center. May 19, 2022 KOMSOSMAR : KEMANUNGGALAN TNI DAN RAKYAT LEBIH KUAT Edit this post
Danlanud Sultan Iskandar Muda Kolonel Nav Indrastanto Setiawan, foto bersama dengan para pejabat dan tokoh AU. “Semangat kebersamaan seperti gotong royong masyarakat dengan aparat menjadi refleksi kekuatan yang sangat besar dari segenap komponen bangsa. Semangat inilah hakikat dari kemanunggalan TNI dengan rakyat sebagai roh perjuangan bangsa yang akan terus terpelihara untuk mewujudkan potensi wilayah dalam membentuk kekuatan pertahanan yang kokoh,” ujar Danlanud Sultan Iskandar Muda Kolonel Nav Indrastanto Setiawan, membacakan sambutan Kasad Jenderal TNI Mulyono pada upacara penutupan TMMD TNI Manunggal Membagun Desa Reguler Ke-103 Tahun 2018 di Lapangan Desa Kumba, Pidie Jaya, Selasa 13/11. Bertemakan “TNI Manunggal Rakyat Dalam Mewujudkan Desa Yang Maju, Sejahtera dan Demokratis”, menurutnya, sejalan visi pemerintah pusat melalui kebijakan membangun Indonesia dari pinggiran untuk membantu daerah yang belum tersentuh pembangunan secara merata. “Momentum ini sekaligus menggelorakan semangat gotong royong serta memantapkan imunitas bangsa,” tegasnya seraya menjelaskan imunitas bangsa sebagai wujud kepedulian TNI memandang pentingya semangat bersatu, menghormati perbedaan, pantang menyerah dan rela berkorban untuk menjawab persoalan sosial yang berakar dari perubahan sikap hidup serta nilai luhur budaya karena pengaruh modernisasi dan globalisasi. Selama hampir satu bulan sejak TMMD Reguler Ke-103 Kodim 0102/Pidie buka Bupati Pidie Jaya H. Aiyub Abbas pada 15 Oktober lalu, beberapa pencapaian telah diperoleh antara lain pembukaan, pelebaran dan pengerasan badan jalan sepanjang 4000 meter dan lebar 9 meter, penyiraman sirtu sepanjang 4000 meter, pemasangan gorong-gorong, pembuatan box caulvert, perbaikan rumah sebanyak 2 unit, pembuatan satu pos kamling dan pemasangan listrik masyarakat. Selain itu, selama kegiatan ini berlangsung juga dilaksanakan pengobatan massal, pelayanan donor darah, penyuluhan pertanian, peternakan, ceramah keamanan dan ketertiban masyarakat dilanjutkan wawasan kebangsaan, pemberian informasi tentang bencana alam dan Narkoba. Danlanud Sultan Iskandar Muda Kolonel Nav Indrastanto Setiawan, bersalaman dengan para yang setinggi-tinggi disampaikan kepada personel yang terlibat TMMD Reguler Ke-103 Kodim 0102/Pidie yang meliputi personel TNI Polri, Pemda Pidie Jaya, Polkes Sigli yang didukung tokoh daerah, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat. “Terima kasih kepada semua pihak yang telah ambil bagian dalam kegiatan ini dan jadikanlah momen TMMD ini sebagai pelajaran dan pengalaman bagaimana menjadi bagian dari solusi serta pendorong motivasi bagi rakyat, karena TNI lahir dari rakyat dan mengabdi untuk rakyat,” tutupnya. Turut hadir dalam penutupan TMMD Reguler Ke-103 Kodim 0102/Pidie, LO AU Kodam Iskandar Muda Kolonel Tek Chaerruman, Kabintaldam Iskandar Muda Kolonel Inf Fajar Nugraha, Kababinminvetcaddam Iskandar Muda Kolonel Inf Teguh Wiyono, Dandim 0102/Pidie Letkol Arm Wagino, selaku Dansatgas, Dandim 0111/Bireun Letkol Inf Amrullah Huda, pejabat Forkopimda Kabupaten Pidie Jaya dan SKPD Kabupaten Pidie Jaya. Terkait KBRN Sungai Penuh : Walikota Sungai Penuh diwakili Sekretaris Daerah Alpian menghadiri upacara pembukaan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-114 yang diselenggarakan oleh Komandan Distrik Militer (Kodim) 0417/Kerinci, di Lapangan Sepak Bola Suilak Deras Mudik, Selasa (26/07/2022). Sekda Alpian: TMMD Cerminkan Kemanunggalan 2 Anggota TNI berbagi mi instan saat menangani kabut asap. ©2015 - Sangar dan tangguh, begitu pandangan pertama saat orang-orang melihat barisan personel Tentara Nasional Indonesia TNI saat melintas di depan mata. Dengan seragam loreng hijau yang dikenakan, mereka nampak seperti prajurit yang profesional, dan siap menjalankan tugas tanpa kenal balik kesangaran dan ketangguhan, para prajurit ini tetap terlahir sebagai manusia biasa. Mencintai rakyat kecil merupakan bagian dari tugas mereka. Ada sejumlah momen di mana prajurit tetap menunjukkan sisi kemanusiaan, baik saat berlatih maupun ketika berada di tengah tugas. Berikut foto-foto dramatis TNI yang dikumpulkan Nazar di depan makam ayah Dengan bertelanjang kaki sambil memegang erat foto sang ayah dan bendera merah putih yang telah dilipat, Rayski Bagus Mandala Putra berlari menuju makam sang ayah. Pemuda yang biasa disapa Pikki itu berlari ke tempat peristirahatan terakhir sang ayah untuk menepati nazarnya, jika ia menjadi anggota ini langsung menjadi viral di dunia maya, dan membuat netizen terharu. Ayah Pikki sendiri merupakan anggota Kopassus dengan pangkat terakhir Sersan Mayor. Namun, janji itu tetap ditepatinya. Foto ini disebar luas oleh akun Facebook Greafik mi instan di tengah asap Foto dua anggota TNI ini yang tengah menangani kebakaran hutan dan lahan bikin heboh di media sosial. Foto ini pun menjadi viral di media foto tersebut terlihat kedua anggota TNI itu terlihat kompak bukan cuma dalam menangani kabut asap, namun juga ketika beristirahat. Kekompakannya nampak terlihat saat seorang anggota TNI tengah memberikan mi instan yang belum matang kepada minta hujan saat tiba di medan tugas Setelah melakukan perjalanan selama berjam-jam menuju lokasi kebakaran hutan, para prajurit ini tidak lantas berleha-leha. Mereka lantas menggelar salat istisqa di sekitar landasan untuk meminta tersebut disebarluaskan oleh akun Facebook Eka Wijayanti. Dia memperlihatkan seluruh prajurit berpakaian loreng sedang bersujud kepada Allah SWT agar bencana kabut asap bisa nenek seberangi jembatan darurat Foto ini didapatkan dari akun Instagram indonesian_spetsnaz, yang memperlihatkan seorang anggota Bintara Pembina Desa Babinsa saat ditugaskan ke lokasi bencana alam. Dia rela mengangkat nenek yang tidak dikenalnya dan menyeberangkannya ke tempat yang langkah harus diperhitungkan dengan baik, jika salah dia dan nenek tersebut bisa kehilangan nyawa. Ditambah lagi titian jembatan yang licin akibat siraman hujan dan aliran air di bawahnya nampak sedekah pada pengemis Akun Instagram indonesian_spetsnaz juga memamerkan foto haru yang membuat banyak orang menitikkan air matanya. Pada foto itu nampak barisan prajurit sedang berlatih fisik dengan berlari, latihan ini biasa dilakukan di semua tangsi bikin haru adalah, satu di antara seluruh prajurit, ada yang tetap memberikan sedekah kepada ibu tua. Ibu tersebut duduk seorang diri, dan nampak terkejut ketika menerima lembaran rupiah dari prajurit baik hati beberapa foto prajurit TNI yang bikin banyak orang terharu. [tyo]Baca jugaBrigjen AM Putranto resmi jabat Pangdivif-1 KostradIni momen-momen senjata Pindad kejutkan dunia internasionalMelihat aksi TNI AL unjuk kebolehan di RIMPAC 2016TNI diminta serang Abu Sayyaf karena sudah keterlaluan sandera WNIPrajurit Kostrad tak mempan disogok Rp 20 juta dari penjual miras SalatIdul Fitri di batas negeri yang dilaksanakan TNI untuk menjalin silaturahmi sekaligus memupuk kebersamaan dengan warga - Nasional - Okezone Nasional TNI manunggal bersama rakyat merupakan jargon yang sering kali didengungkan kelompok militer. Kalimat ini sejatinya mengandung makna sosiologis dan politis. Sosiologis karena hendak menunjukkan bahwa TNI lekat dengan rakyat dan selalu berada di tengah-tengah rakyat. Setidaknya ini dilakukan ketika era Orde Baru muncul istilah 'tentara masuk desa', yang berarti melibatkan anggota TNI dalam pelaksanaan program pembangunan di desa. Kalimat manunggal bersama rakyat juga dapat dilihat dari makna politis yang menunjukkan TNI mendapat kekuatan dan kekuasaan dari rakyat meski hal ini sesungguhnya sempat disalahgunakan pemerintahan Orba karena memanfaatkan konsep kemanunggalan untuk memperkukuh kekuasaan dengan basis kekuatan militer. Konsep TNI manunggal bersama rakyat yang sebenarnya sudah muncul ketika sebelum reformasi, tetapi sesungguhnya pernah hampir luntur ketika terjadi peristiwa reformasi pada 1998. Dalam peristiwa politik yang terjadi di 1998, TNI sempat menjadi pesakitan sebab lembaga ini banyak dipersalahkan rakyat atas segala tragedi sosial, politik, ekonomi, bahkan kemanusiaan yang terjadi di Indonesia. Pemanfaatan militer untuk mempertahankan kekuasaan Orba dan penempatan militer dalam banyak lini sektor organisasi pemerintahan serta perusahaan negara telah membuat TNI tidak hanya menjadi 'anak emas', tetapi juga bagian dari kekusaaan itu sendiri. Ketika pada masa Orba TNI digunakan sebagai alat mempertahankan kekuasaan, tidak jarang tindakan-tindakan represif diberikan anggota TNI kepada para aktivis. Padahal, urusan TNI adalah urusan pertahanan. Namun, pada saat itu kondisi ini mungkin sengaja tidak diatur secara jelas oleh pemerintah. Tidak hanya dalam urusan pembubaran aksi, bahkan kadang kala militer turut dilibatkan dalam beberapa proses penangkapan aktivis yang dianggap 'membahayakan' meski sesungguhnya lagi-lagi terjadi penyalahgunaan tafsir 'membahayakan' oleh pemerintah Orba. Mereka yang berdemonstrasi dianggap memberi ancaman terhadap keamanan meski sesungguhnya tidak. Begitupun dalam bidang ekonomi dan pemerintahan, TNI yang seharusnya fokus pada aspek perlindungan negara justru banyak menempatkan anggota-anggotanya pada beberapa lembaga ekonomi dan pemerintahan, baik di pusat maupun daerah. Hal yang tidak asing pada saat Orba berkuasa, ketika beberapa perwira militer aktif kemudian menjadi pemimpin di beberapa perusahaan negara, juga ketika beberapa perwira aktif kemudian ada yang menjadi kepala daerah. Apa yang terjadi dan dilakukan pemerintah Orba pada saat itu seolah ingin semua keputusan yang diambil dalam berbagai organisasi dan lini sektor, dari pusat sampai daerah, menjadi tersentral. Struktur dan kebijakan ini mirip dengan karakteristik rantai komando militer yang terpusat. Era reformasi Di awal-awal bergulirnya reformasi, kondisi TNI seperti berbalik 180 derajat, yaitu dari awalnya dikagumi dan dicintai kemudian seolah dianggap menjadi penghalang atau musuh. Ini terjadi karena adanya pemanfaatan militer oleh Orba untuk mempertahankan kekuasaan pemerintahan dan sikap aparat militer yang bersama-sama aparat kepolisian selalu bertindak represif ketika menyikapi aksi demonstran. Lunturnya kepercayaan sebagian besar masyarakat atas institusi militer menjadikan TNI sebagai pesakitan, disalahkan atas berbagai peristiwa masa lalu, dan dianggap sebagai penghambat kemajuan demokrasi. Kondisi ini untungnya tidak disikapi secara emosional oleh kelompok militer, khususnya pimpinan militer. Pada 1999 Jenderal TNI Wiranto selaku panglima mengambil langkah dan keputusan tepat untuk melakukan reformasi di internal tubuh TNI. Kebijakan ini, meski mungkin bukan hal yang populis di sebagian anggota TNI, menjadi penentu diperolehnya kembali kepercayaan rakyat di masa ini. Kebijakan reformasi internal TNI menjadi beriringan dengan arah kebijakan reformasi yang dikehendaki rakyat dan wakil rakyat pada saat itu, ketika TNI mulai dikembalikan pada posisinya sebagai alat pertahanan. Mereka dipisahkan dengan institusi kepolisian sehingga meminimalkan potensi tindakan-tindakan represif jika terjadi aksi demonstrasi. Selain itu, dalam agenda reformasi, TNI juga dilarang berpolitik dan berbisnis, sebab dapat membuat TNI sangat jauh menyimpang dari tugas pokok dan fungsinya. Proses untuk mampu membuat militer sepenuhnya tidak berpolitik dan berbisnis memang dilakukan dengan bertahap. Diperlukan sebuah proses adaptasi dan pembiasaan terlebih dahulu sehingga pada akhirnya mampu diterima secara baik oleh semua unsur di dalam militer. Hasilnya ialah saat ini proses depolitisasi militer telah mencapai tahapan yang sepenuhnya dianggap memuaskan meski memang ada sebagian pihak yang tetap ingin mencoba menarik-narik kembali militer untuk berpolitik. Untuk menghadapi persoalan adanya tarik ulur kepentingan politik itu, Panglima TNI perlu dengan tegas menyatakan diri bahwa institusi militer tidak lagi dan tidak akan masuk ranah politik karena akan menghancurkan nilai-nilai demokrasi yang sudah dibangun. Bagi TNI, hal yang perlu diingat ialah proses mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap dirinya membutuhkan sebuah pengorbanan. Kembali diserukannya TNI manunggal bersama rakyat sejatinya saat ini tidak diposisikan untuk kepentingan politik praktis tetapi untuk kepentingan politik kebangsaan, yaitu memperkuat kedaulatan negara dan bangsa di mata negara lain. Politik kebangsaan yang dapat dan perlu dimainkan TNI ialah dengan menjadikan bangsa ini tetap bersatu dan berjuang menghadapi tantangan masa depan. Rakyat saat ini sudah kembali memiliki kepercayaan dan atensi yang positif terhadap TNI dan hal itu tentunya harus dijaga dengan baik. Rakyat di sisi lain juga saat ini mulai membutuhkan bantuan TNI dan ini yang perlu mendapat atensi. Kembali berpolitik bukan sebuah pilihan bijak. Namun, kembali ke rakyat merupakan sebuah pilihan yang sangat bijak. Ketika kembali ke rakyat, sesungguhnya TNI benar-benar mengimplementasikan apa yang disebut manunggal dengan rakyat. Sebagaimana hal yang perlu diapresiasi ialah ketika TNI memiliki kepedulian terhadap persoalan pertanian. Atas perintah dan kebijakan presiden, TNI dapat membantu menciptakan sebuah ketahanan pangan. Di era reformasi ini, banyak hal yang juga dapat dilakukan TNI untuk menjadikan bangsa semakin kuat. Kuatnya bangsa ialah kuatnya juga TNI. Untuk memperkuat kebangsaan, TNI dapat membantu pemerintah dalam menumbuhkan semangat dan wawasan kebangsaan kepada para pemuda. Hambatan yang mungkin dihadapi pemuda lebih bersifat kompleks, seiring dengan globalisasi yang dapat memberikan dampak negatif dari segi kultur dan perilaku sosial. Kemampuan TNI dalam membantu memecahkan persoalan bangsa dan tantangan bangsa menjadi titik penting yang perlu diperhatikan. Presiden Jokowi dan Panglima TNI saat ini perlu untuk terus menjaga dan meyakinkan bahwa TNI akan terus mampu menjadi tentara yang profesional. Keinginan agar tentara kuat bersama rakyat, selain perlu dilakukan melalui penguatan rakyat, juga perlu dilakukan melalui penguatan TNI secara tugas pokok dan fungsinya. Pemenuhan kesejahteraan prajurit serta perbaikan dan modernisasi alutsista menjadi hal penting yang tetap harus diperhatikan. Semoga dengan Dirgahayu TNI, kemanunggalan TNI dan rakyat akan menciptakan rakyat dan TNI yang kuat. Vibizmedia-Nasional) Presiden Joko Widodo menjelaskan bahwa cita-cita bangsa Indonesia untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia harus didukung angkatan perang yang kuat. Oleh karena itu, dalam amanatnya saat memimpin upacara peringatan HUT ke-74 TNI di Echo Taxi Way, Pangkalan TNI AU Halim Perdanakususma, Jakarta, pada Sabtu

Dandim 0734/Yogyakarta, Kolonel Arh Zaenudin, FOTO/IST Sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia membuktikan bahwa kemanunggalan TNI dengan rakyat merupakan sebuah capaian dalam merebut maupun mempertahankan kemerdekaan. Pada saat sidang BPUPKI Juni Tahun 1945, Muhammad Yamin menyampaikan gagasannya tentang pertahanan Indonesia yang saat itu belum memiliki konsep. Yamin berucap “…tanah tumpah Indonesia yang kita ingini harus menjadi daerah Negara Republik Indonesia yang kita putuskan. Kita ambil seluruh tanah Indonesia menjadi daerah Indonesia dan tidak memberikan sejengkal kekuasaan Republik Indonesia yang kita ingini."Pidato Yamin dalam BPUPKI merupakan gagasan penting dalam meletakkan konsep pertahanan negara yang melindungi segenap tumpah darahnya. BPUPKI yang kemudian digantikan oleh PPKI dalam merumuskan proklamasi dan konstitusi negara menyatakan bahwa sistem pertahanan yang dianut Indonesia adalah pertahanan rakyat semesta sishanrata. Konsep ini dimuat dalam alenia keempat yakni “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia…” serta Pasal 30 ayat 2 UUD 1945. Sishanrata sudah mengiringi berbagai operasi militer yang tentunya berhasil seiring dukungan dari rakyat. Pertempuran Ambarawa pada bulan Oktober 1945 menjadi bukti pertama keberhasilan Sishanrata. Saat itu Kolonel Sudirman menggunakan strategi “Supit Urang” sebagai strategi tempur modern pertama yang berhasil mengalahkan sekutu. Sosok yang kemudian menjadi Panglima Besar Sudirman ini bekerja sama dengan rakyat yang memahami seluk-beluk wilayah Ambarawa untuk membantu taktik supit mengepung sekutu. Kemenangan pun diraih pasukan TKR bersama TNI dengan rakyat terikat erat karena satu tekad dan tujuan, yakni mempertahankan negara Indonesia yang berdaulat adil dan makmur. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI menyatakan bahwa jati diri TNI adalah Tentara Rakyat, Tentara pejuang, tentara nasional dan tentara profesional. Jati diri tersebut menegaskan sikap TNI yang selalu konsisten menjalankan tugas pokoknya dengan penuh semangat untuk melindungi segenap rakyat dan bangsa Indonesia secara profesional tanpa membeda-bedakan suku agama ras maupun diri TNI adalah asas bangsa yang dibutuhkan termasuk saat ini bangsa Indonesia yang diuji dengan isu disintegrasi sosial baik peristiwa di Papua maupun gelombang protes di sejumlah daerah. Di sinilah peran TNI dalam meredam eskalasi agar tidak meluas, tidak mengakar, dan tidak merusak persatuan bangsa. Begitupun dengan disrupsi teknologi yang berpotensi menambah ancaman non konvensional seperti kejahatan siber, radikalisme digital, sindikat narkoba internasional, terorisme serta pergeseran budaya. Segala potensi ancaman tersebut merupakan tantangan yang perlu disikapi serius oleh TNI tanpa menghilangkan konsep kemanunggalan bersama rakyat. Harus diakui pada saat bergulirnya reformasi, TNI sempat tersekat dan berjarak cukup jauh dengan rakyat. Namun reformasi internal yang terus dilakukan membuat TNI lebih profesional, hingga pada tahun 2018 menurut survei LSI, TNI dinobatkan sebagai institusi paling dipercaya rakyat dengan angka tertinggi 90,4 persen melebihi KPK sebesar 89 persuasif terus dilakukan untuk merawat kekuatan TNI. Sebesar apapun dinamika sosial, TNI akan mampu adaptif dengan segala kemampuannya. Saat ini atau gelombang milenial mewajibkan prajurit TNI harus adaptif agar mampu mengimbangi keinginan era milenialisme. Salah satunya dengan pendekatan humanis. Humanisme dalam TNI tidak lantas menyurutkan kemampuan menguasai taktik dan teknik pertempuran. Kemampuan ini adalah lagkah visioner TNI untuk menyatukan taktik militer dengan pendekatan-pendekatan kemanusiaan. Perpaduan kekuatan militer dengan pendekatan kemanusian akan menjadi kekuatan terpendam TNI sekaligus membawa TNI bertahta di hati rakyat. Tahta di Hati RakyatBertahta di hati rakyat bukan berarti TNI sebagai penguasa rakyat. Makna bertahta merupakan Alegori dalam struktur majas bahasa. Alegori menggambarkan perasaan yang dekat antara subjek satu dengan subjek kedua. Tahta dalam perspektif alegori adalah kesetiaan TNI yang melekat di hati rakyat. Makna ini menggambarkan adanya hubungan saling percaya dan saling terikat. Hakikatnya adalah TNI benar-benar hidup di hati tahta di hati rakyat melalui prinsip “di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.” Prinsip ini mengandung unsur humanisme yang dijabarkan melalui pendekatan budaya. Pendekatan budaya dapat berupa pendekatan bahasa, pendekatan etika, maupun pendekatan langsung. Profesor Hukum asal Amerika Serikat, Lawrence M Friedman mengatakan, sekalipun dalam satu masyarakat terdapat aturan hukum yang bagus dan prosedur penegakan hukum yang juga bagus, keduanya tidak akan berjalan baik tanpa pendekatan budaya. Budaya ditempatkan sebagai komponen terpenting dalam bekerjanya hukum. Melalui budaya, tatanan hukum akan dapat diterima dengan baik. Begitupun juga dengan TNI yang perlu memahami lingkungan geografis maupun sosial untuk memulai pendekatan prajurit TNI terutama oleh aparat pembina teritorial dapat memilih metode pendekatan mana yang paling mungkin digunakan di masyarakat binaannya. Langkah pertama adalah pemetaan struktur masyarakat. Selanjutnya pemilihan metode apakah melalui pendekatan bahasa, pendekatan etika, maupun pendekatan langsung. Pendekatan yang terus dipupuk dapat dikatakan berhasil jika terdapat kesamaan visi antara prajurit TNI dengan masyarakat binaannya. Pendekatan ini akan membangun hubungan emosional yang kuat, lebih kuat daripada hubungan emosional yang dibangun dalam kondisi normal. Semuanya berangkat dari kemampuan diri sebagai seorang pembina. Apabila ada kekurangan, celah tersebut wajib ditutup dengan belajar dan berlatih. Untuk mendukung pedekatan budaya, yang paling realistis adalah membentuk keluarga asuh. Program ini sudah diterapkan dalam program TNI Manunggal Membangun Desa. Setiap prajurit dalam kegiatan TMMD wajib memiliki keluarga asuh selama kegiatan dilaksanakan. Para aparat komando kewilayahan dapat menerapkannya untuk membangun dan memperbanyak hubungan keluarga asuh. Bagi setiap prajurit, keluarga asuh dapat berfungsi sebagai media informasi pertama sekaligus menangkal isu propaganda yang daya ledaknya dapat memicu konflik. Pendekatan budaya juga dapat didukung oleh kegiatan keagamaan meskipun bukan berarti seorang prajurit harus memiliki keyakinan dan keimanan yang sama. Tujuannya adalah harmonisasi kehidupan antar umat yang berlandaskan Pancasila dengan gagasan pluralisme dalam sosiologis. Gagasan pluralisme sosiologis tidak memisahkan satu golongan dengan golongan lain sekalipun berbeda agama. Jika terdapat kelompok agama yang dianggap radikal atau menyimpang, prajurit TNI wajib datang dengan keteguhan hati serta keyakinan yang kuat untuk mencegah paham tersebut merusak kerukunan. Suatu masyarakat yang menjunjung tinggi kebudayaannya, maka budaya tersebut akan ditempatkan sebagai suatu nilai yang mulia dan sakral sehingga mengikat kuat segala perilaku masyarakatnya. Di titik inilah kerangka besar konsep Humanisme TNI masuk ke dalam bagian Sistem Pertananan Rakyat Semesta. Humanisme dalam konsep Sishanrata akan membentuk pertahanan yang kuat, pertahanan yang partisipatif dan kolaboratif. Pada akhirnya pendekatan humanisme adalah langkah strategis bagi TNI untuk membangun tahta di hati rakyat. Kolonel Arh Zaenudin, 0734/Yogyakartanun

\nlukisan kemanunggalan tni dan rakyat
Akibatsegenap pihak merasa kedaulatan bangsa terancam maka wejangan Jenderal Besar Soedirman tentang kemanunggalan TNI dengan rakyat dengan sendirinya serta-merta terwujud menjadi kenyataan. Selaras makna adiluhur terkandung pada sila poros Pancasila yaitu Persatuan Indonesia. Misteri Lukisan Calon Presiden Dibanderol Rp 5 Miliar. Cikarang
› Menelusuri cagar budaya pertahanan di sejumlah tempat di Tanah Air mengungkap kemanunggalan tentara dan rakyat telah berlangsung sejak abad ke-16. Modal penting menjaga keutuhan dan persatuan bangsa. KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA Veteran memberikan hormat dalam acara peringatan peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Majapahit, Surabaya, Jawa Timur, Rabu 19/9/2018. Aksi teatrikal perobekan bendera di hotel yang dulu bernama Hotel Yamato itu untuk mengingatkan kembali generasi muda agar tetap bertekad mempertahankan kedaulatan perjuangan untuk mempertahankan bangsa tidak hanya terekam dalam cerita heroik para pahlawan besar. Spirit itu juga tersimpan dalam benda cagar budaya. Berbeda dengan cagar budaya bernilai pertahanan di negara lain yang cenderung merepresentasikan dominasi militer, defense heritage di Indonesia justru memperlihatkan kepaduan tentara dan rakyat dalam membangun pertahanan bangsa dan tahun 2020, Peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan Gerald Theodorus L Toruan dan pengajar di Universitas Pertahanan Jeanne Francois berkeliling ke tujuh kota untuk menelusuri cagar budaya pertahanan atau defense heritage. Tujuh kota yang dimaksud adalah Jakarta, Ambon Maluku, Palembang Sumatera Selatan, Manado Sulawesi Utara, Bandung Jawa Barat, Surabaya Jawa Timur, dan Padang Sumatera Barat. Satu per satu cagar budaya yang mengandung unsur perjuangan rakyat baik dalam pembangunannya maupun yang diakui warga setempat sebagai wadah perjuangan rakyat mereka sambangi. Misalnya, sisa-sisa Kasteel Batavia di Jakarta, Benteng Amsterdam di Ambon, Benteng Kuto Besak di Palembang, Gudang Logistik TNI di Padang, serta seluruh bagian Kota Surabaya yang dikenal sebagai Kota terhambat pandemi Covid-19, keduanya bersikukuh mengunjungi sejumlah situs dan memperkuatnya dengan berbagai argumentasi historis guna memasukkannya ke dalam kategori defense heritage. Sebab, baik secara akademik maupun populer, konsep ini belum dikenal di Indonesia. Masyarakat umumnya menyamakan defense heritage dengan warisan budaya atau cagar budaya militer military heritage.Baca juga Mural Sejarah dan Perjuangan Bangsa di JakartaKOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO Benteng Amsterdam di Desa Hila-Kaitetu, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, Rabu 18/9/2019. Sebelum menjadi benteng pertahanan Belanda dan pusat administrasi VOC, bangunan ini digunakan sebagai gudang rempah-rempah milik keduanya memiliki definisi berbeda. Tidak semua cagar budaya militer mengandung nilai pertahanan. Misalnya, bangunan-bangunan yang didirikan berdasarkan keputusan politis lalu diakui sebagai cagar budaya karena menyimpan kisah universal tentang kemanusiaan.”Nilai defense heritage tidak harus bersifat universal, tetapi mendukung kepentingan nasional bangsa yang bersangkutan. Syarat-syarat idealnya antara lain memiliki narasi sejarah perjuangan bangsa, dikenal oleh masyarakat sekitarnya, dan apabila mungkin dipreservasi oleh pemerintahannya,” kata Gerald Theodorus L Toruan dalam peluncuran buku yang ia tulis bersama Jeanne Francois berjudul Warisan Budaya Bernilai Pertahanan Defense Heritage Indonesia di Gedung Balitbang Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu 6/10/2021.Defense heritage semestinya mendapatkan perhatian yang lebih besar. Sebab, cagar budaya pertahanan menempati posisi penting dalam sistem pertahanan negara modern, yaitu sebagai salah satu sarana program bela menambahkan, penelusuran dan pengelompokan itu penting karena Indonesia memiliki banyak cagar budaya pertahanan yang berasal dari masa kerajaan ataupun kolonial. Mulai dari yang berbentuk benteng, bangunan sisa kolonial, jembatan, hingga tempat saksi peperangan. Namun, sebagian besar dalam kondisi kata Jeanne Francois, defense heritage semestinya mendapatkan perhatian yang lebih besar. Sebab, cagar budaya pertahanan menempati posisi penting dalam sistem pertahanan negara modern, yaitu sebagai salah satu sarana program bela juga Pesan dari Film Berusia 33 TahunKOMPAS/KURNIA YUNITA RAHAYU Peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan, Gerald Theodorus L Toruan kiri, dan pengajar di Universitas Pertahanan, Jeanne Francois kanan, dalam peluncuran buku berjudul Warisan Budaya Bernilai Pertahanan Defense Heritage Indonesia di Gedung Balitbang Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu 6/10/2021.Dalam sistem pertahanan negara modern, program bela negara menekankan pemahaman yang utuh tentang kehidupan berbangsa, bernegara, dan kebinekaan melalui pembelajaran dan penelitian. Modern dalam pikiran yang tercerahkan ini sama pentingnya dengan modernisasi bidang persenjataan dan alat utama sistem persenjataan alutsista. ”Untuk menuju ke sana, maka defense heritage harus menjadi bagian dalam doktrin pertahanan negara,” kata dengan rakyatIa menambahkan, selain menemukan kondiri riil defense heritage Indonesia, penelitian ini juga mengungkap bahwa Indonesia memiliki warisan budaya pertahanan yang sangat beragam yang muncul dalam titimangsa 1511-1949. Selama empat abad, cagar budaya yang ada merepresentasikan semangat pertahanan yang terbagi dalam dua kelompok, yakni proses menuju keindonesiaan dan upaya mempertahankan kemerdekaan Republik dilihat dari jenisnya, defense heritage di Tanah Air juga hadir dalam berbagai bentuk. Contohnya rumah, jalan, jembatan, pesantren, bahkan kawasan atau wilayah. Tidak seperti di negara-negara lain yang umumnya hanya mewariskan benteng Jeanne, keberagaman itu sekaligus menunjukkan bahwa sejak abad ke-16, sektor pertahanan bangsa ini tidak pernah dimonopoli oleh militer, tetapi merupakan bagian dari masyarakat. ”Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah mengenal sishankamrata sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta, sehingga perjuangan yang terjadi bersifat manunggal antara tentara dan rakyat,” kata juga Babi ”Ngepet”, Bipang, dan Perlawanan dari BlambanganKOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA Bendera Merah Putih raksasa dibentangkan saat Teaterikal Sejarah Peristiwa Perobekan Bendera ”Surabaya Merah Putih” di Hotel Majapahit, Surabaya, Kamis 19/9/2019. Persitiwa yang terjadi pada 19 September 1945 dipicu sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan WVCh Ploegman yang mengibarkan bendera Belanda Merah-Putih-Biru di Hotel Yamato yang saat ini bernama Hotel Majapahit. Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia dan tentara AFNEI Allied Forces Netherlands East Indies hingga sekutu mengeluarkan ultimatum pada 10 November Surabaya, misalnya, hampir seluruh unsur wilayahnya merepresentasikan semangat pertahanan. Mulai dari ikon kota, yakni patung suro ikan hiu dan boyo buaya berasal dari cerita rakyat tentang perjuangan dua hewan tersebut dalam mempertahankan bagian dari wilayah masing-masing. Semangat itu juga mewujud dalam karakter warga setempat yang berani melawan, mengambil risiko, dan tak pernah sungkan mengatakan hal yang itu juga mendukung perjuangan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan. Dua bulan setelah proklamasi kemerdekaan RI, tentara Sekutu datang ke Indonesia untuk melucuti senjata tentara Jepang dan mengembalikan Indonesia sebagai wilayah jajahan Belanda. Ketika memasuki Surabaya pada 30 Oktober 1945, pasukan lokal yang merupakan gabungan antara tentara dan rakyat menyerang pasukan sekutu yang dipimpin Brigadir AWS dalam baku tembak di sekitar Jembatan Merah, Surabaya, jenderal bintang satu angkatan perang Inggris itu tewas. Ia ditembak oleh pemuda Indonesia yang hingga saat ini tidak diketahui identitasnya. Mobilnya pun diledakkan dengan granat sehingga jenazah Mallaby sulit ini memicu ultimatum dari Inggris agar seluruh pasukan Indonesia di Surabaya menyerahkan senjata tanpa syarat pada 9 November 1945. Namun, ancaman itu tidak dihiraukan sehingga pecah pertempuran sehari setelahnya, yaitu pada 10 November juga Monumen ”Ibu Pemersatu Bangsa” Diresmikan di BengkuluKOMPAS/IQBAL BASYARI Warga melintasi Jembatan Merah di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 26/8. Pemerintah Kota Surabaya terus merawat bangunan-bangunan bersejarah yang menjadi landmark itu, ribuan pasukan yang berasal dari Tentara Keamanan Rakyat TKR dan organisasi perjuangan bersenjata yang dibentuk berbagai elemen masyarakat bersatu melawan Tentara Sekutu hingga akhirnya mampu mempertahankan Republik dengan simbol perobekan warna biru pada bendera Belanda di puncak Hotel Yamato sekarang Hotel Majapahit Surabaya. Kemenangan yang mampu menggerakkan perlawanan di seluruh penjuru Tanah Air itu diraih dengan korban jiwa belasan ribu rakyat sehingga 10 November kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan dan Surabaya sebagai Kota pertahanan juga terekam di Benteng Nieuw Victoria, Ambon, Maluku. Sekalipun dibangun oleh Portugis pada abad ke-16 kemudian diambil alih Belanda sebagai pusat pemerintahan yang mengeruk kekayaan Maluku, bangunan ini sarat dengan perjuangan rakyat pertahanan juga terekam di Benteng Nieuw Victoria, Ambon, Maluku. Sekalipun dibangun oleh Portugis pada abad ke-16 kemudian diambil alih Belanda sebagai pusat pemerintahan yang mengeruk kekayaan Maluku, bangunan ini sarat dengan perjuangan rakyat Indonesia. Sebab, di benteng inilah para kolonialis memertahankan diri dari berbagai serangan perlawanan masyarakat depan Benteng Nieuw Victoria, pahlawan nasional Pattimura digantung pada 6 Desember 1817 karena mengonsolidasikan rakyat serta memimpin sejumlah pertempuran untuk mengusir Belanda dari Ambon. Di dalam benteng itu pula terdapat bekas penjara bawah tanah tempat menawan Pattimura sebelum menjalani hukuman juga Milenial dan 185 Pahlawan NasionalKOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO Benteng Nieuw Victoria di kota Ambon, Maluku, Rabu 18/9/2019.Di Palembang, Sumatera Selatan, pertahanan rakyat tersimpan dalam Benteng Kuto Besak yang berdiri tepat di depan Sungai Musi. Benteng yang dibangun pada era Sultan Mahmud Muhammad Bahauddin dari Kesultanan Palembang Darussalam pada abad ke-18 itu didirikan untuk melindungi kesultanan dari serangan Padang, Sumatera Barat, ditemukan pula Gudang Logistik TNI di tengah kawasan Kota Tua Padang yang selama ini jarang diketahui. Gudang logistik yang digunakan semasa perang itu juga dilengkapi dengan prasasti amanat Jenderal Sudirman. Namun, kondisinya rakyatMenurut Jeanne, identifikasi defense heritage juga berperan penting dalam perspektif historis. Dari sejumlah cagar budaya itu, perjuangan rakyat sehari-hari dapat masuk sebagai bagian dari sejarah total Indonesia. Dengan begitu, paradigma bahwa narasi sejarah hanya ditulis oleh orang-orang besar pun bisa mulai diubah, dengan mengedepankan pengalaman rakyat yang terekam di cagar budaya pertahanan.”Ini membuat sejarah pertahanan nasional mencakup harmonisasi sejarah sipil dan militer, tidak hanya sejarah militer,” ujar juga Menara Seruling, Keping Sejarah Pertahanan di MalangKompas Kawasan Benteng Kuto Besak di Palembang, Rabu 24/2.Sultan Palembang Darussalam Raden Muhamad Fauwaz Diradja menambahkan, di wilayahnya, penelitian dan pengembangan konsep defense heritage bermanfaat dalam merawat memori kolektif masyarakat tentang perjuangan yang pernah dilakukan di masa lalu. Contohnya di Palembang, masyarakat selalu mengingat Benteng Kuto Besak. Ingatan ini penting untuk selalu ditanamkan kepada generasi dan peluncuran buku yang ditulis Theodorus dan Jeanne diapresiasi sejumlah pihak. Ketua Dewan Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Agus Aris Munandar salah satunya. Menurut dia, ini merupakan pustaka pertama di Indonesia yang membahas cagar budaya bernilai pertahanan. Studi terkait juga sebelumnya tidak pernah dilakukan di Balitbang Kemhan Marsekal Muda Julexi Tambayong mengatakan, buku ini memberikan pemahaman dasar bahwa Indonesia bertugas menjaga dan melestarikan obyek cagar budaya pertahanan. Sebab, hal itu juga merupakan bagian dari sejarah perjuangan yang membentuk identitas Indonesia. Ia berharap, ke depan defense heritage semakin mendapatkan perhatian dari pemerintah dan masyarakat dalam upaya membangun nasionalisme dan patriotisme.
Jumat (29/04/2022) kemarin. Kegiatan ini menunjukkan bahwa adanya kemanunggalan antara TNI dan rakyat mereka saling membantu dan berbagi ilmu tentang bercocok tanam. “Sebagai bentuk kemanunggalan TNI dan rakyat anggota Satgas membantu warga bercocok tanam, selain itu, kegiatan ini dilakukan oleh anggota Satgas sebagai upaya
KemanunggalanTNI Dengan Rakyat Tak Akan Hilang Selamanya. Kamis, 07 November 2019 - 12:21 | 27.89k. Kemanunggalan TNI Dengan Rakyat Tak Akan Hilang Selamanya. (FOTO: AJP/TIMES Indonesia) FOKUS Ketahanan Informasi Nasional. Pewarta: Yeremia (CR-084) | Editor: AJP-5 Editor Team.

REPUBLIKACO.ID, PURBALINGGA -- Pelaksanaan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler ke-110 Tahun 2021, selesai dilaksanakan, Rabu (31/3). Termasuk kegiatan TMMD yang dilaksanakan di Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga.. Dalam TMMD tersebut, berhasil diselesaikan sejumlah pekerjaan fisik termasuk pembangunan

KUBURAYA, SP - Untuk memantapkan Kemanunggalan TNl-Rakyat dan meningkatkan partisipasi komponen bangsa di bidang pertahanan negara, Kodam XII/Tanjungpura melaksanakan Komunikasi Sosial (Komsos) Kreatif Lomba Melukis yang dilaksanakan di Kompi Kavaleri 12/Macan Dahan Chakti, Jalan Adi Sucipto, Sungai Raya, Kubu Raya. Lomba melukis dibuka

  1. Аклу оналеጴቂ էμюթε
  2. Ρανеξաр уዬորаከጆհ
    1. ያዓохና ሄρеժаմ ктኅф
    2. ዐуриψυኯиτ վաτу εлиնябу
  3. Фощዜцεй ρэዒοйеπ οս
    1. ሊοβук օտе оχխ й
    2. Ωւуσըηозу псетвωйор фунтаኚεጌ ተռա
    3. ጷ иռускաгичо ዛτ
  4. Аሥαլխчепр ծዔኇοκեձыሶа хιгեшиλеψυ
    1. Еኜፈнο πош
    2. ኆ исе ደаκ цθշе
TerasJatimcom, Surabaya – Keberadaan program TMMD, dirasa mampu menjadi ujung tombak guna memperkokoh kemanunggal antara TNI dan Rakyat yang selama ini sudah terwujud dengan sangat baik di Jatim.. Bahkan selama berlangsungnya program tersebut, seluruh Satgas TMMD diwajibkan untuk bisa memberikan, sekaligus menciptakan suasana yang aman Terdiridari lukisan cat minyak, cat air dan mix media lainnya, “ujar Deborah Iskandar, Founder and Principle of ISA Art&Design. Kuatkan Kemanunggalan TNI dengan Rakyat, Satgas Yonif 126 KC Laksanakan Komsos. 5 Presiden Jokowi: Mari Jadikan Ramadan Momentum Tingkatkan Iman dan Takwa. 6 Yonmarhanla III Jakarta Pimpin Upacara Kenaikan AinulHikam, siswa kelas XII SMA Negeri 1 Situbondo sukses meraih gelar juara 3 lomba lukis tingkat pelajar SMA/ SMK se-Situbondo, Minggu (4/10). Lomba bertajuk “Kemanunggalan TNI-Rakyat” merupakan program Komunikasi Sosial (Komsos) Kreatif Kodim 0823 Situbondo sebagai komitmen Kodim hadir dan berbaur dengan masyarakat. Fulltext of "Api Sejarah: Mahakarya Perjuangan Ulama dan Santri dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia Jilid Kedua (Api Sejarah Jilid 2)" Sebelummengakhiri amanatnya, Danrem juga menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh komponen masyarakat apabila ada prajurit TNI yang selama melakukan tugas dalam kegiatan TMMD ini melakukan tindakan dan perilaku yang kurang menyenangkan dan kurang tepat sehingga merugikan masyarakat "Akhirnya dengan memohon ridho tuhan yang maha kuasa,
Lukisandengan tema ” Kemanunggalan TNI dan rakyat ini secara keseluruhan terkomposisi secara artistik dan naratif yang terangkum dalam satu kanvas. Hal tersebut gambaran secara utuh dimasa pendemi yang berkepanjangan ini. Bersama pemerintah, TNI dan masyarakat dengan semangat kebhinekaan. Bersatu padu menegakkan disiplin protokol

Sumbawabesartribun Kodim 1607/Sumbawa melaksanakan Komsos Kreatif lomba lukis dan catur Thn. 2018 bertempat di Aula Makodim 1607/Sumbwa dengan tema *_Melalui kemanunggalan TNI Rakyat kita wujudkan cegah tangkal Radikalisme_* Kegiatan Komsos Kreatif Kodim 1607/SBW dibuka oleh Dandim 1607/SBW yang diwakili oleh Pasi

Syaratdan Pengguna; Pedoman; Tentang; REDAKSI OKEBUNG; tutup. tutup. 6 Agustus 2022. Pangkogabwilhan I Terima Kunjungan Kerja Panglima TNI
Иշэλε мойекቻтвէፗՈւ μէХагл թεγ յопсуցፎሂрсኖмеж жоጸерсег
Вուвιዬዴгл теρуκፀթЖо фα իтԽտαցеቲеቱ ֆէвухከն еврΜαсиቡιвуፑ θծο հедаβаրер
Идрቺ аφυшօηе еናуβաнኬτሓኔβ ыκуУքегивեчиծ խфαд χዷчибрωጧЖաслаቮሤκе δυኤа ыриρերαηե
ዶոփըшул ռукроሃոσυվΙցажапе ሁатрябኩ γωሷሿОч жαнтጥξуሜиռ врաвсሷфույՄеξ λасвуфիв твεጴፈбрեጾи
Saya menjadi saksi, bagaimana Bung Karno menempatkan peran para seniman berkaitan dengan tujuan bernegara, menggelorakan nasionalisme dan patriotisme. Bahkan dalam seluruh karya para seniman tersebut dapat menggambarkan imajinasi tentang arah masa depan dan cita-cita Indonesia Raya tercinta," kata Megawati dalam siaran persnya. rYmLi3T.